Rabu, 19 November 2014

Pelangi Setelah Hujan

         Dahulu kala, di sebuah kerajaan yang tersembunyi di antara bebukitan, hiduplah seorang putri yang bernama Aga. Aga adalah seorang putri yang sangat cantik, konon, senyumnya seindah sebuah pelangi. Namun sudah sangat lama ia tidak menampakkan senyumnya itu, karena beban yang harus ia tanggung. Di umurnya yang masih muda, ia harus kehilangan kedua orang tuanya karena penyakit yang diderita mereka, Aga juga harus menggantikan kedua orang tuanya memerintah kerajaannya. Aga tidak mempunyai teman, satu-satunya teman Aga adalah Cho, seorang anak pelayan di kerajaannya yang umurnya sebaya dengan Aga. Aga dan Cho sudah berteman  sedari kecil, sejak sebelum kedua orang tua Aga meninggal. Sebenarnya, Aga adalah anak yang ceria, bersemangat, dan suka berteman, namun sejak orang tuanya meninggal dan ia harus memerintah kerajaannya sendiri, ia menjadi orang yang dingin dan cuek, teman temannya pun mulai meninggalkannya.

         Suatu hari, saat Cho sedang mengantarkan minuman untuk Aga, ia tak sengaja mendengar Aga sedang bergumam. “Bagaimana ini, kas kerajaan mulai menipis, kalau seperti ini terus, lama kelamaan kerajaan ini akan runtuh”, gumam Aga sambil menghela napas panjang. “Ayahanda, Ibunda, Aga udah ngga kuat buat nanggung beban ini sendirian, Aga capek, Aga berharap kalian ada disini, nemenin Aga”, gumamnya lagi sambil meneteskan air mata. Cho yang diam diam menaruh perasaan pada Aga merasa iba melihat kondisi Aga, ia ingin sekali membantu Aga. Suatu hari saat sedang merapikan buku di perpustakaan kerajaan, ia menemukan sebuah buku yang misterius. Konon, menurut buku itu,  jika kita dapat menemukan dasar pelangi yang ada di lembah api, kita akan menemukan gentong yang berisi harta yang sangat berharga. Cho berpikir buku ini akan menjadi jalan keluar untuk masalah Aga, jadi ia langsung memberitahu Aga. Setelah mendengar cerita Cho, Aga sangat senang. ”Makasih ya Cho, kamu selalu nemenin aku dari dulu, selalu bantuin aku, aku ngga tau apa jadinya kalau kamu ngga ada”, kata Aga sambil memeluk Cho senang. “Besok aku akan langsung berangkat kesana, apakah kamu mau ikut?”, tanya Aga kepada Cho. “Tentu aku ikut, siapa lagi yang bisa ngelindungin kamu kalau nanti ada apa apa?”, kata Cho. Aga tersipu malu mendengarnya.

         Esoknya, rombongan mereka pergi menuju bukit menuju bukit kabut. ”Kayak apa sih lembah api itu? Kok namanya bikin bulu kudukku merinding ya”, kata Aga. “katanya sih, disana ada api abadi, yang mencegah siapapun buat lewat, tapi itu cuman mitos sih, hahaha” , jawab Cho. Akhirnya, mereka pun sampai ke lembah api, tapi ternyata mitos tentang lembah itu benar, disana ada api abadi yang menghalangi jalan mereka memasuki lembah itu. “Haduh, gmana nih, api itu menghalangi jalan kita, dan ngga ada jalan lain buat masuk ke dalam lembah selain lewat sini”, kata Cho. “Tenang, tuh disitu ada sungai, kita bisa pake air disana buat madamin api itu”, kata Aga tenang. Saat yang lain sedang berusaha memadamkan api, Cho sedang berjalan jalan di sekitar api itu untuk mencari jalan lain. “Mau apa kamu masuk ke lembah itu?”, seru sebuah suara misterius. Cho mencari cari asal suara itu, tapi tidak dapat menemukannya. “Aku ada disini anak muda kurang ajar”, kata suara itu lagi. Ternyata, suara itu adalah suara seorang nenek yang berdiri di depan Cho, ia tidak dapat melihat nenek itu karena nenek itu sangat pendek. “Maafkan saya, saya tidak melihat anda, hehe. Saya ingin mencari harta yang ada di dasar pelangi  di dalam lembah api, untuk menyelamatkan kerajaan teman saya. Oh iya, apakah nenek tau tentang harta itu? Atau bagaimana cara memadamkan api yang menghalangi jalan itu?”, tanya Cho. “Sayang sekali anak muda, sudah lama aku tak melihat ada pelangi disini, lagipula.. api itu tak akan pernah padam, karena itu adalah api abadi”, jawab si nenek. Mendengar itu, Cho langsung jatuh terduduk lemas, mukanya tampak sangat sedih. “Sepenting apakah harta itu untukmu? Bukankah urusan kerajaan bukan urusanmu?”, tanya si nenek. “Nenek memang benar, itu bukanlah urusan saya, tapi putri kerajaan itu adalah teman saya, dia sudah menerima banyak beban sedari dulu, dia selalu bersedih, sampai sampai saya lupa kapan terakhir kali dia tersenyum”, kata cho sedih. “Saya rela melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia nek, saya ingin membantu bebannya, walaupun saya harus mati”. Mendengar perkataan Cho, si nenek merasa iba. “Sebenarnya anak muda, ada 1 cara untuk memadamkan api itu dan memunculkan kembali pelangi yang telah lama hilang”, kata si nenek sambil menyerahkan sebuah botol. “Botol ini berisi air yang dapat membuatmu berubah menjadi awan yang dapat membuat hujan untuk memadamkan api itu, tapi sebagai gantinya, kamu tidak dapat kembali menjadi manusia, dan akan menghilang seperti air hujan layaknya, gunakanlah dengan bijak”. Sesudah itu, si nenek menghilang, sementara Cho  memandangi botol pemberian si nenek itu.

         Setelah kembali ke rombongan, Cho melihat Aga sedang duduk sambil melihatkan muka sedih dan putus asanya. “Kamu kenapa Aga?” tanya Cho. “Aku ini payah, aku ngga bisa apa-apa. Kerajaanku sedang dalam kehancuran, tapi aku ngga bisa ngelakuin apa-apa. Padahal kerajaan itu satu-satunya peninggalan ayahanda sama ibunda, tapi aku malah bikin semuanya berantakan”, Aga pun menangis. Melihat Aga menangis, Cho merasa sedih, dia teringat akan botol pemberian si nenek, setelah ia memantapkan tekad untuk meminumnya, dia berkata kepada Aga “Jangan gitu Ga, aku tau kamu selalu berusaha sangat keras buat ngejaga kerajaan peninggalan keluargamu ini, aku sering ngelihat kamu ngga tidur berhari hari gara-gara urusan kerajaan, kamu udah ngelakuin yang terbaik” “Aku bisa bantuin kamu, asal kamu janji 1 hal ke aku”, kata Cho. “Benarkah? Janji apa?”, tanya Aga. “Sebelumnya, aku pengen kamu tau perasaanku Ga, aku sayang kamu, dari dulu sampai sekarang, walaupun kata orang kamu berubah, buatku kamu tetap sama seperti dulu. Aku minta kamu janji, kalau kamu bisa nyelametin kerajaan dengan harta itu, tolong selalu ingat aku, dan kamu harus tersenyum, jangan sedih lagi.”, jawab Cho sambil memegang tangan Aga. “Maaf kalau aku lancang, aku memang cuman seorang anak pelayan, tapi aku bener bener sayang sama kamu. Aku juga ngga tau kenapa aku bisa punya perasaan ini ke kamu”, kata Cho. “Bodoh, memang kenapa kalau kamu cuman seorang anak pelayan. Sebenarnya, aku.. juga suka.. sama kamu. Kamu selalu nemenin aku di saat aku sedih, walaupun aku udah dingin dan cuek, kamu tetep peduli sama aku, aku juga sayang kamu Cho”, kata Aga sambil tersenyum dan memeluk Cho. “Akhirnya kamu tersenyum, aku kangen ngeliat senyumanmu Ga”
         Setelah itu, Cho meminum obat pemberian nenek misterius, tiba-tiba badannya berubah perlahan menjadi kabut, dan awan hujan mulai muncul. “Cho! Kamu kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba berubah menjadi kabut?” tanya Aga panik. “Maaf Aga, cuman ini satu-satunya cara buat memadamkan api itu, untuk menyelamatkan kerajaanmu. Makasih udah jujur soal perasaanmu Ga, aku seneng banget. Ternyata perasaanku ke kamu terbalaskan, tapi maaf.. aku pergi duluan ya Ga, inget janji kamu ya” kata Cho tersenyum sambil mengelus kepala Aga. Rintik hujan pun turun. Api abadi yang tak bisa dipadamkanan dengan cara apapun, menghilang begitu saja, seturut menghilangnya Cho. Air mata mengalir dari pipi Aga, Aga menangis histeris. Tiba- tiba, muncul pelangi, dan dasarnya terlihat di tempat yang sebelumnya tertutup oleh api. Ternyata mitos itu benar, ada banyak sekali harta di dasar pelangi itu. Rombongan itu pun mengangkut harta itu kembali ke kerajaan.

         Harta yang ditemukan itu dapat menyelamatkan kerajaan Aga, warga disana hidup makmur tanpa kekurangan. Aga sekarang mempunyai banyak teman, karena dia sudah tidak dingin dan cuek lagi, dia juga selalu tersenyum. Dia sekarang terkenal sebagai putri pelangi, karena selain harta yang ia temukan di dasar pelangi, menurut warga senyumnya juga seindah pelangi.


         Pada suatu pagi hari, beberapa minggu setelah kejadian itu, turun  hujan deras. Aga yang sedang memandangi hujan dari jendela istana teringat Cho, air mata pun menetes dari dagunya. “Cho bodoh, bagaimana aku bisa tersenyum terus, kalau kamu udah ngga ada? Aku tau aku udah janji buat selalu tersenyum, tapi, tapi.. aku kangen kamu Cho”, gumam Aga sambil menangis. Tiba- tiba dia merasa elusan di kepalanya, sontak dia menengok ke belakang. “Cho?! Bagaimana, bagaimana kamu bisa kembali? Bukankah saat itu kamu berubah menjadi hujan?”  “Aku juga ngga tau Ga, tiba-tiba saat aku sadar, ada nenek misterius yang dulu ngasi aku botol buat berubah jadi hujan itu. Kata dia, dia cuman nguji kesungguhan hatiku buat nolong kamu, dan sekarang bukan waktuku buat mati, jadi yaaah, aku balik lagi kesini, hehe”, jawab Cho sambil tertawa bercanda” “Oh ya, kenapa kamu menangis Ga?”, tanya Cho sambil mengusap air mata Aga. “Bodoh, bodoh, aku kira kamu bakal ninggalin aku selamanya, Cho. Aku ngga bisa hidup tanpamu”, jawab Aga sambil memeluk Cho. “Maaf aku lancang Ga, tapi maukah kamu menikah denganku?”, tanya Cho sambil tergagap. Aga memandangi Cho sebentar, lalu menjawab “Ya”, lalu mencium Cho. Mereka pun hidup bahagia bersama selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar