Toni terbangun dari
tidur lelapnya. “Loh Aku di mana nih?” Toni terlihat bingung sekali, di mana
dirinya ini sekarang. Ia mencoba tuk mengingat, mengingat lagi dan lagi, tetapi
tetap saja Ia tak bisa mengingat apa saja yang telah Ia lakukan sebelumnya.
Semua disekitarnya hampa kosong dan gelap serta tak ada suatu tanda – tanda
kehidupan disana. Ia juga hampir tak bisa melihat tangannya sendiri.
Toni
memutuskan tuk mencari sesuatu, mencari jalan keluar dari tempat yang tidak
jelas itu, Ia pun berlari dan terus berlari tanpa arah. BRAK!!! “Auch..” Toni
terpental jauh, “Apa itu tadi?” Ia mendekati sesuatu yang menabraknya. Ia
mendekat pelan – pelan, berhati – hati akan sesuatu itu. Tiba – tiba setelah
jari paling ujungnya merasakan sesuatu, sesuatu itu pun menyala, menyilaukan
Toni untuk sesaat. Toni sangat ketakutan, Ia menutup kedua matanya, tidak
berani berbuat sesuatu, hanya terdiam di tempat.
Lama
kelamaan Toni merasakan sesuatu yang menyala itu meredup. Ia pun memberanikan
dirinya untuk melihat sesuatu itu. Ternyata sesuatu itu berbentuk menyerupai
kerudung bewarna merah dan anehnya kerudung itu melayang terbang seakan dipakai
oleh seseorang. Toni tiba – tiba teringat akan sesuatu, “Aku pernah ketemukan?”
Ia bertanya sambil mengingat. Tetapi nyatanya sia – sia saja, Ia tidak
mengingat sesuatu pun, seakan tidak ada ingatan apapun yang menggambarkan
kerudung merah itu.
Kerudung
merah itu bergerak – gerak seakan mengajak Toni untuk mengikutinya lalu ia pun
pergi melayang jauh meninggalkan Toni. Toni yang awalnya terdiam karena masih
ketakutan mulai bergegas berdiri dan berlari menyusul kerudung merah, dilain
ingin mencari tahu lebih jelas lagi, ia juga sebenarnya tak punya pilihan untuk
diam ditempat dan terjebak disitu.
Sudah
hampir 30 menit Toni mengikuti kerudung merah, Ia terlihat mulai letih dan
ingin beristirahat walaupun hanya sejenak. Perlahan tapi pasti Toni mulai
mengurangi kecepatan berlarinya, samapi pada akhirnya hanya berjalan dan akan
menghentikan langkahnya. Tepat pada saat ia berhenti, kerudung merah itu pun
juga berhenti. Kerudung merah itu berbalik arah menghadap Toni, lalu bergerak –
gerak lagi seakan menyuruh Toni untuk berdiri di belakangnya. Toni yang sudah
kelelahan berjalan pelan ke belakang kerudung merah tanpa mengerti apa maksud
darinya. Tiba – tiba, Toni didorong oleh kerudung merah itu.
“Wwwoooooaaaaaaa…….” Ia terjatuh ke dalam jurang.
Toni
membuka matanya kembali, Ia terlihat kebingungan lagi. Ia tidak merasakan sakit
apapun, padahal Ia sangat yakin bahwa Ia terjatuh dari ketinggian yang sangat
tinggi, dan Ia mendapati dirinya sekarang dalam posisi berdiri. Tetapi
kebingungannya tergantikan seketika melihat di depannya ada sebuah kertas dan
pulpen raksasa, sangat besar sekali. Ia juga kaget, dari belakang kertas dan
pulpen raksasa itu muncul lagi kerudung merah itu.
“Wou
wou, apa lagi ini? Monsterkah kalian? Kurasa kalian ada kaitannya denganku.
Kalian ingin apa dariku?” Toni merasakan hal yang berbeda dari kerudung merah,
ditambah pula hal aneh dari kertas dan pulpen raksasa. “Hei, jangan mendekat!” Ketiga
mahluk, kertas dan pulpen raksasa, serta kerudung merah, itu bergerak kearah
Toni, lama – lama menambah kecepatan kearahnya dan seakan ingin menangkap dan
menghancurkan Toni. Toni pun lagi – lagi dipaksa untuk berlari, Ia tak ingin
mengakhiri hidupnya tak jelas karena ketiga mahluk itu. Ia semakin ketakutan
melihat mereka semakin memperpendek jarak. Toni pun juga mencoba menambahkan
kecepatan, tetapi tampaknya Ia terlalu lelah. BRAK!!! “Auch… Lagi?” Toni
menabrak sesuatu lagi di depannya, tetapi kali ini tanpa basa – basi Ia berdiri
lalu mencari jalan lain. Ia pun menyadari sesuatu di depannya adalah tembok
yang sangat panjang. Ketakutannya memuncak ketika Ia menyadari ketiga mahluk
itu tinggal beberapa langkah dan tidak ada jalan untuk Toni. “Tolong jangan
ganggu Aku!” Seru Toni ketakutan. Tetapi itu tidak menghentikan langkah ketiga
mahluk itu. “Aaaaaaaaaaaaaaaaa………!!!!!!!”.
“Aaaaaaaaaaaaaaaa…………!!!!!!!”.
“Hus! Toni? Kamu masih di rumah to? Udah siang gini kok malah masih di dalam
kamar sih?”. “Hah Ibu? Kok ada Ibu? Aku di mana ini Bu? Aku selamat?” Toni masi
belum sadar penuh. “Kamu tu ya di rumah to.” Balas Ibu. “Hah iya!?”. “Kamu
ketiduran pas ngerjain tugas cerpen buat besokan? Sebelum Ibu berangkat tadi
malam, Ibu lihat kamu tu stres banget ama tugasmu itu, makanya klo punya tugas
ya dicicil biar ga bebani kamu.” Jelas Ibu panjang lebar. Toni melihat
sekelilingnya, ia terbangung di atas kertas cerpennya denan pulpen di
tangannya. Di kertas cerpen itu, Toni melihat judul yang telah ita tuliskan
‘Kerudung Merah’. Ia pun akhirnya sadar sepenuhnya, benar kata Ibunya bahwa
semalam Ia stres dengan tugasnya. Tetapi tiba – tiba terlintas dipikirannya, Ia
menanyakan ibunya, “Lho ibu sudah disini? Berarti sekarang dah jam 7.30an dong
Bu?”. “Emang iya! Ayo sana siap – siap, cepet!”. “Iya bu ini Toni mandi
huehehehe” Toni pun bergegas untuk siap – siap berangkat dan Ia berjanji pada
dirinya sendiri untuk selalu menyicil tugasnya supaya tidak membuatnya stres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar