Rabu, 19 November 2014

Kerudung Merah

Toni terbangun dari tidur lelapnya. “Loh Aku di mana nih?” Toni terlihat bingung sekali, di mana dirinya ini sekarang. Ia mencoba tuk mengingat, mengingat lagi dan lagi, tetapi tetap saja Ia tak bisa mengingat apa saja yang telah Ia lakukan sebelumnya. Semua disekitarnya hampa kosong dan gelap serta tak ada suatu tanda – tanda kehidupan disana. Ia juga hampir tak bisa melihat tangannya sendiri.

            Toni memutuskan tuk mencari sesuatu, mencari jalan keluar dari tempat yang tidak jelas itu, Ia pun berlari dan terus berlari tanpa arah. BRAK!!! “Auch..” Toni terpental jauh, “Apa itu tadi?” Ia mendekati sesuatu yang menabraknya. Ia mendekat pelan – pelan, berhati – hati akan sesuatu itu. Tiba – tiba setelah jari paling ujungnya merasakan sesuatu, sesuatu itu pun menyala, menyilaukan Toni untuk sesaat. Toni sangat ketakutan, Ia menutup kedua matanya, tidak berani berbuat sesuatu, hanya terdiam di tempat.

            Lama kelamaan Toni merasakan sesuatu yang menyala itu meredup. Ia pun memberanikan dirinya untuk melihat sesuatu itu. Ternyata sesuatu itu berbentuk menyerupai kerudung bewarna merah dan anehnya kerudung itu melayang terbang seakan dipakai oleh seseorang. Toni tiba – tiba teringat akan sesuatu, “Aku pernah ketemukan?” Ia bertanya sambil mengingat. Tetapi nyatanya sia – sia saja, Ia tidak mengingat sesuatu pun, seakan tidak ada ingatan apapun yang menggambarkan kerudung merah itu.

            Kerudung merah itu bergerak – gerak seakan mengajak Toni untuk mengikutinya lalu ia pun pergi melayang jauh meninggalkan Toni. Toni yang awalnya terdiam karena masih ketakutan mulai bergegas berdiri dan berlari menyusul kerudung merah, dilain ingin mencari tahu lebih jelas lagi, ia juga sebenarnya tak punya pilihan untuk diam ditempat dan terjebak disitu.

            Sudah hampir 30 menit Toni mengikuti kerudung merah, Ia terlihat mulai letih dan ingin beristirahat walaupun hanya sejenak. Perlahan tapi pasti Toni mulai mengurangi kecepatan berlarinya, samapi pada akhirnya hanya berjalan dan akan menghentikan langkahnya. Tepat pada saat ia berhenti, kerudung merah itu pun juga berhenti. Kerudung merah itu berbalik arah menghadap Toni, lalu bergerak – gerak lagi seakan menyuruh Toni untuk berdiri di belakangnya. Toni yang sudah kelelahan berjalan pelan ke belakang kerudung merah tanpa mengerti apa maksud darinya. Tiba – tiba, Toni didorong oleh kerudung merah itu. “Wwwoooooaaaaaaa…….” Ia terjatuh ke dalam jurang.

            Toni membuka matanya kembali, Ia terlihat kebingungan lagi. Ia tidak merasakan sakit apapun, padahal Ia sangat yakin bahwa Ia terjatuh dari ketinggian yang sangat tinggi, dan Ia mendapati dirinya sekarang dalam posisi berdiri. Tetapi kebingungannya tergantikan seketika melihat di depannya ada sebuah kertas dan pulpen raksasa, sangat besar sekali. Ia juga kaget, dari belakang kertas dan pulpen raksasa itu muncul lagi kerudung merah itu.

          “Wou wou, apa lagi ini? Monsterkah kalian? Kurasa kalian ada kaitannya denganku. Kalian ingin apa dariku?” Toni merasakan hal yang berbeda dari kerudung merah, ditambah pula hal aneh dari kertas dan pulpen raksasa. “Hei, jangan mendekat!” Ketiga mahluk, kertas dan pulpen raksasa, serta kerudung merah, itu bergerak kearah Toni, lama – lama menambah kecepatan kearahnya dan seakan ingin menangkap dan menghancurkan Toni. Toni pun lagi – lagi dipaksa untuk berlari, Ia tak ingin mengakhiri hidupnya tak jelas karena ketiga mahluk itu. Ia semakin ketakutan melihat mereka semakin memperpendek jarak. Toni pun juga mencoba menambahkan kecepatan, tetapi tampaknya Ia terlalu lelah. BRAK!!! “Auch… Lagi?” Toni menabrak sesuatu lagi di depannya, tetapi kali ini tanpa basa – basi Ia berdiri lalu mencari jalan lain. Ia pun menyadari sesuatu di depannya adalah tembok yang sangat panjang. Ketakutannya memuncak ketika Ia menyadari ketiga mahluk itu tinggal beberapa langkah dan tidak ada jalan untuk Toni. “Tolong jangan ganggu Aku!” Seru Toni ketakutan. Tetapi itu tidak menghentikan langkah ketiga mahluk itu. “Aaaaaaaaaaaaaaaaa………!!!!!!!”.


            “Aaaaaaaaaaaaaaaa…………!!!!!!!”. “Hus! Toni? Kamu masih di rumah to? Udah siang gini kok malah masih di dalam kamar sih?”. “Hah Ibu? Kok ada Ibu? Aku di mana ini Bu? Aku selamat?” Toni masi belum sadar penuh. “Kamu tu ya di rumah to.” Balas Ibu. “Hah iya!?”. “Kamu ketiduran pas ngerjain tugas cerpen buat besokan? Sebelum Ibu berangkat tadi malam, Ibu lihat kamu tu stres banget ama tugasmu itu, makanya klo punya tugas ya dicicil biar ga bebani kamu.” Jelas Ibu panjang lebar. Toni melihat sekelilingnya, ia terbangung di atas kertas cerpennya denan pulpen di tangannya. Di kertas cerpen itu, Toni melihat judul yang telah ita tuliskan ‘Kerudung Merah’. Ia pun akhirnya sadar sepenuhnya, benar kata Ibunya bahwa semalam Ia stres dengan tugasnya. Tetapi tiba – tiba terlintas dipikirannya, Ia menanyakan ibunya, “Lho ibu sudah disini? Berarti sekarang dah jam 7.30an dong Bu?”. “Emang iya! Ayo sana siap – siap, cepet!”. “Iya bu ini Toni mandi huehehehe” Toni pun bergegas untuk siap – siap berangkat dan Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menyicil tugasnya supaya tidak membuatnya stres.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar