Rabu, 19 November 2014

Galaxtion

Javedn Vilant itu nama asli pemberian keluargaku, keluarga yang merawatku sejak aku kecil di dunia ini lebih tepatnya di bumi ini. Sekarang adalah era yang tidak lah seperti dulu, disini begitu banyak perubahan teknologi dan ini adalah zaman peperangan. Perdamaian merupakan hal yang tidak mungkin disini begitu banyak sekali permusuhan entah dari golongan torn, vilx, gamma, kupo, atau pun manusia tidak ada yang mau hidup berdampingan. Dan dibumi ini merupakan tempat manusia  hidup dan berkembang. Aku sebagai manusia suka berputualang di bumi ini dan aku ingin sekali menjelajah angkasa, melihat seperti apa kaum yang lain.
“wooohooooo....” teriakku ketika menaiki grimhornet yang merupakan sketboard terbang kesayangaku. “ini sungguh mengasikkan, hahaha. Aku harus bisa melewati tebing itu.”  Dan akhirnya aku berhasil melwatinya......
“wooooow, aku belum pernah melihat hal seperti ini.” aku melihat pemandangan alam yang begitu indah. Rumput yang hiaju dan bunga-bunga yang bertebaran. “sejak kapan ada tempat seperti ini di zaman ini, di zaman peperangan.” aku lalu terun untuk melihat keadaan itu. “Ini sungguh natural, begitu indah, padahal di zaman ini tumbuhan sudah tak dapat hidup lagi atau ini memang yang tersisa didunia ini.” .” Sepertinya ada yang tak beres dengan hal ini. Aku harus mencari taunya.”. lalu aku melihat sekeliling, mencari seuatu yang terjadi di sana.“tampaknya aku tak menemukan apapun disini. Mungkin memang ini benar-benar yang tersisa di bumi ini. Sebaiknya aku harus pulang atau aku si liz akan memarahiku lagi...” Liz merupakan teman ku tapi karena keluarga kita tewas dalam peperangan aku dan Liz terpaksa tinggal bersama untuk memnuhi kebutuhan.
“aku pulang... apakah ada orang disini, liz?” “Hei, ini sudah jam berapa? Kenapa kamu terlambat datang kerumah?” “ehmm maaf, aku terlalu asik bermain hornet. Ehmm tapi aku ingin meberitahumu seuatu! Apa kau pernah melihat bunga?” . “ Aku belum pernah melihat apa itu bunga, tapi aku ingin sekali melihat hal itu.” Sahut Liz. “kau ingin memberitahu apa? Atau kau hanya ingin mengalihkan pembicaraan agar aku takmarah ya?” “hahahaa..... kau tahu saja,  tapi ini sungguhan sebelum aku pulang dari jalanku aku melihat sesuatu hal yang menarik dan indah, aku pikir itu bunga. Apa kau ingin melihatnya besok? Aku rasa aku bisa membawamu pergi kesana, kalau kau mau?” “Sungguh??? Oke tepati janjimu ya aku sungguh ingin melihat bunga itu.” Iya aku janji tapi jangan lupa bawa hornet mu ya....” balas Javedn. “ Iya, udah sana tidur dan besok kita langsung pergi kesana ya, saat subuh...”“iya-iya deh” aku pun langsung kekamar yang seperti bengkel tapi aku sangat menyukainya, aku selalu  melanjutkan membuat suatu alat sebelum tidur, alat yang entah aku pikir buat apa tapi aku pikir pasti berguna. “ya sudahlah aku sudah cukup lelah, lebih baik aku tidur sebelum Liz memarahiku lagi.” Aku pun langsung tidur.
Keesokan harinya, “ Jave.. ayo bangun, jadi berangkat tidak?” “ha!? Ini jam berapa?” aku merasa capek sekali.” Ini sudah jam 6, ayo cepat kan kita rencana mau berangkat melihat bunga itu.” Liz berbicara dengan nada keras. “masih ngantuk nih, coba nanti saja ya.” “ ayo bangun atau aku tendang nih!” teriak Liz. “ogah ah....” tiba-tiba Liz langsung menendangku dan aku jatuh ke lantai dan tubuh terasa sakit.” Tu kan aku sudah bilang apa. Kamu kan juga udah janji.” “iya deh iya, tunggu sebentar ya “ aku langsung pergi kekamar mandi dan mandi tetapi Liz masih berada dikamar ku entah melakukan sesuatu.
“Aku udah selesai ayo berangkat!” teriak ku dari luar. “iya iya tunggu” sahut Liz, “ tu malah aku yang jadi nunggu kamu gimana sih?”. “iya ini aku lagi nyiapin bekal buat kita nanti makan disana.” Liz dengan tergesa gesa menyiapakan makanan. “ Iya deh, aku siapin hornet dulu ya..”  dan tiba-tiba Liz sudah keluar dan menyiapkan semuanya. “oke aku sudah siap ayo berangkat “ “oke tapi kamu tetap dibelakangku ya.... “ baiklah ayo berangkat!!!” teriakku dan akhirnya kita berdua berangkat ke tempat adanya bunga tersebut dengan hornet kita  masing-masing.
Perjalanan terasa begitu lancar begitu mengasikkan melewati banyak rintangan bersama Liz, namun sewaktu ditengah perjalanan ada kapal raksasa gelap yang menakjupkan datang, aku dan Liz pun menghampirinya. Dan aku melihat ternyata itu merupakan kapal dari kelompok virx yang lagi berperang dengan manusia, ia sedang mendatangi ibu kota untuk menghancurkan ibu kota. Virx begitu lemah tetapi mereka sangat menakjupkan dibidang pengetahuannya. Mereka mampu menciptakan senjata- senjata yang dapat mengahcurkan satu kota dalam sekejap. Kami pun berkeliling sebentar dan melihat-lihat. Tetapi begitu banya virx yang ada disana dan kami pun ketahuan. Mau tak mau kita melarikan diri dari sana. Tetapi kami terjebak di suatu lorong dan hanya celah sempit yang dapat kita lalui. Mau tak mau kita melewati celah tersebut dan tiba disuatu tempat dekat kendali pesawat tersebut. Namun disana juga terdapat virx yang begitu besar tidak biasa, aku rasa virx itu telah mengalami perubahan. Virx itu begitu kuat dan menyerang kita dengan tangan kosong. Aku dan liz pun harus melarikan diri.
Disana ada sebuah lift dan kami pun berlari menuju kesana dan beruntungnya kami lolos dan tiba di tempat kami mendaratkan hornet kami. Sehingga kami dapat melarikan diri tetapi virx yang besar tersebut telah tiba didekat hornet kami. Virx itu bersiap menyerang kami dengan pukulan yang sangat kuat. Dan untungnya virx itu begitu lambat dan kami dapat lari dari serangan virx itu. “cepat nyalakan hornetnya” teriakku tapi tiba-tiba ada peluru menembus kakiku datang dari virx lain. Rasa sakitnya begitu menebus sampai pada tulang seperti terbakar. Aku sudah tidak tau apa yang harus aku lakukan aku pasrah saja tetapi Liz harus selamat. “Liz larilah jangan pedulikan aku, aku akan menyusulmu nanti” dengan penuh senyuman aku menyuruh Liz pergi dari sini. “Baguslah Liz sudah pergi, aku berharap dia selamat.” Aku bingung apa yang harus aku lakukan dan virx itu menembak lagi dan perutku terkena dan aku tak sadarkan diri karena rasa sakit yang aku rasakan.
“uh....” aku tersadar dan aku tidak tau aku ada dimana, yang aku lihat aku seperti ada didalam ruangan putih dan penuh dengan pisau. Pengelihatan ku masih buram tetapi aku merasakan sesuatu bahwa sepertinya aku diikat di tempat duduk ku ini. Setelah beberapa saat ada virx yang datang menghampiriku dan aku pikir dia berusaha berbicara sesuatu dengan bahsanya denganku. Aku tidak tahu apa yang ia bicarakan, tapi tiba-tiba ada manusia datang dan menerjemahakan pembicaraan kita.
“Siapa namamu ?” tanya manusia itu. “Javedn. Apa yang akan kalian lakukan padaku?” “kami tidak akan melakukan apapun pada mu. Aku hanya akan memberitahu kamu bahwa aku adalah manusia seperti kalian dan aku ikut bergabung dengan kaum virx karena aku ingin melenyapkan manusia yang tidak bermoral....” “kau tidak tahu bahwa manusia sekarang begitu jahat dan tidak bermoral maka aku akan melenyapkan mereka, mereka menyiksa kaum virx tanpa perasaan. Aku sebagai ketua intelegensi sadar bahwa kegiatan itu tak masuk akal dan aku melarikan diri dan menemui kaum virx.” Sahut manusia itu. “apa benar manusia di bumi ini begitu jahat, tapi kenyataannya tidak yang kau kira.” Balasku. “kau tidak tau apa-apa nak, dan kau akan melihat suatu saat nanti.” Dan manusia itu pergi, Aku pun terdiam dan aku tersadar bahwa bagian tubuh ku yang luka telah terobati, aku berpikir bahwa kaum virx dan orang itu tidak jahat, sepertinya memang manusia yang jahat. Tapi aku tetap harus bertemu Liz dan menpati janjiku. “Aku harus keluar dari sini”aku berusaha melepas ikatan yang menjeratku. Untung ikatan ini begitu longgar dan aku dapat melepaskan ikatan ini.
Aku pergi mencari hornet yang tertinggal ditempatku mendarat tetapi aku tidak berhasil menemukan sama sekali. Pasti grimhornetku telah diambil, mau tak mau aku harus mencari dimana hornetku tersebut. Dijalan secara tidak sengaja muncul virx dibelakangku namun mereka tidak menyerangku sama sekali dan tampaknya mereka berusaha menuntunku ke suatu tempat. Secara tak sengaja aku melihat keluar jendela dan aku terkejut bahwa pesawat ini telah berada pada luar angkasa dan aku terus memandangi keluar. Virx yang tadi beusaha menarikku lagi, dan akhirnya tiba di pusat pengendali dan disana ada manusia yang berkata padaku tadi dan ada berbagai kelompok lain seperti gamma, kupo, dan torn disana serta ada virx yang besar yang menyerangku sebelumnya. Aku berpikir bahwa mereka semua saling bermusuhan, tetapi mengapa mereka bersama tampaknya mereka tidak bermusuhan. Mereka berkata selamat datang padaku dan mereka memperkenalkan diri mereka satu persatu. Gamma itu bernama fixor, torn disana bernama giox, kupo tersebut bernama kupo, virx yang besar yang itu bernama vixior, dan manusia itu bernama galex.
Aku bingung mengapa mereka bisa bersama dan bagimana bisa “bagaimana bisa kalian berlima bisa bersama bukankah kaum kalian bermusuhan dengan yang lain. “baiklah kami akan jelaskan” sahut giox si kaum torn. “kami memang dari kaum berbeda kami merupakan kelompok yang menginginkan perdamaian, kamu tersadar dari kaum-kaum kita tersendiri begitu banyak kejahatan yang ada ketamakan, keegosian, kesombongan, kecemburuan, kekuasaan banyak sekali hal-hal jahat dari kaum kita masing-masing yang dapat mengacaukan keadaan dan memunculkan peperangan antar kaum seperti ini. Kami adalah Galaxtion kelompok yang menginginkan perdamaian yang berasal dari kaum masing-masing ingin membenarkan jalan dari kaum kita yang salah.”. “Apakah kamu ingin bergabung dengan kami sebagai anggota Galaxtion setelah mendengar semua itu?” tanya galex. Aku terdiam, aku hanya berpikir untuk bertemu Liz lagi. Tapi aku berpikir lagi bahwa kelompok ini benar mereka mementingkan kelompoknya masing-masing dan aku pun berkata “Aku ikut” dan dengan berkata seperti itu aku mengawali hidup ku di kelompok yang bernama GALAXTION dan merubah seluruh hidupku dengan semua petualangan yang ada.


Kerudung Merah

Toni terbangun dari tidur lelapnya. “Loh Aku di mana nih?” Toni terlihat bingung sekali, di mana dirinya ini sekarang. Ia mencoba tuk mengingat, mengingat lagi dan lagi, tetapi tetap saja Ia tak bisa mengingat apa saja yang telah Ia lakukan sebelumnya. Semua disekitarnya hampa kosong dan gelap serta tak ada suatu tanda – tanda kehidupan disana. Ia juga hampir tak bisa melihat tangannya sendiri.

            Toni memutuskan tuk mencari sesuatu, mencari jalan keluar dari tempat yang tidak jelas itu, Ia pun berlari dan terus berlari tanpa arah. BRAK!!! “Auch..” Toni terpental jauh, “Apa itu tadi?” Ia mendekati sesuatu yang menabraknya. Ia mendekat pelan – pelan, berhati – hati akan sesuatu itu. Tiba – tiba setelah jari paling ujungnya merasakan sesuatu, sesuatu itu pun menyala, menyilaukan Toni untuk sesaat. Toni sangat ketakutan, Ia menutup kedua matanya, tidak berani berbuat sesuatu, hanya terdiam di tempat.

            Lama kelamaan Toni merasakan sesuatu yang menyala itu meredup. Ia pun memberanikan dirinya untuk melihat sesuatu itu. Ternyata sesuatu itu berbentuk menyerupai kerudung bewarna merah dan anehnya kerudung itu melayang terbang seakan dipakai oleh seseorang. Toni tiba – tiba teringat akan sesuatu, “Aku pernah ketemukan?” Ia bertanya sambil mengingat. Tetapi nyatanya sia – sia saja, Ia tidak mengingat sesuatu pun, seakan tidak ada ingatan apapun yang menggambarkan kerudung merah itu.

            Kerudung merah itu bergerak – gerak seakan mengajak Toni untuk mengikutinya lalu ia pun pergi melayang jauh meninggalkan Toni. Toni yang awalnya terdiam karena masih ketakutan mulai bergegas berdiri dan berlari menyusul kerudung merah, dilain ingin mencari tahu lebih jelas lagi, ia juga sebenarnya tak punya pilihan untuk diam ditempat dan terjebak disitu.

            Sudah hampir 30 menit Toni mengikuti kerudung merah, Ia terlihat mulai letih dan ingin beristirahat walaupun hanya sejenak. Perlahan tapi pasti Toni mulai mengurangi kecepatan berlarinya, samapi pada akhirnya hanya berjalan dan akan menghentikan langkahnya. Tepat pada saat ia berhenti, kerudung merah itu pun juga berhenti. Kerudung merah itu berbalik arah menghadap Toni, lalu bergerak – gerak lagi seakan menyuruh Toni untuk berdiri di belakangnya. Toni yang sudah kelelahan berjalan pelan ke belakang kerudung merah tanpa mengerti apa maksud darinya. Tiba – tiba, Toni didorong oleh kerudung merah itu. “Wwwoooooaaaaaaa…….” Ia terjatuh ke dalam jurang.

            Toni membuka matanya kembali, Ia terlihat kebingungan lagi. Ia tidak merasakan sakit apapun, padahal Ia sangat yakin bahwa Ia terjatuh dari ketinggian yang sangat tinggi, dan Ia mendapati dirinya sekarang dalam posisi berdiri. Tetapi kebingungannya tergantikan seketika melihat di depannya ada sebuah kertas dan pulpen raksasa, sangat besar sekali. Ia juga kaget, dari belakang kertas dan pulpen raksasa itu muncul lagi kerudung merah itu.

          “Wou wou, apa lagi ini? Monsterkah kalian? Kurasa kalian ada kaitannya denganku. Kalian ingin apa dariku?” Toni merasakan hal yang berbeda dari kerudung merah, ditambah pula hal aneh dari kertas dan pulpen raksasa. “Hei, jangan mendekat!” Ketiga mahluk, kertas dan pulpen raksasa, serta kerudung merah, itu bergerak kearah Toni, lama – lama menambah kecepatan kearahnya dan seakan ingin menangkap dan menghancurkan Toni. Toni pun lagi – lagi dipaksa untuk berlari, Ia tak ingin mengakhiri hidupnya tak jelas karena ketiga mahluk itu. Ia semakin ketakutan melihat mereka semakin memperpendek jarak. Toni pun juga mencoba menambahkan kecepatan, tetapi tampaknya Ia terlalu lelah. BRAK!!! “Auch… Lagi?” Toni menabrak sesuatu lagi di depannya, tetapi kali ini tanpa basa – basi Ia berdiri lalu mencari jalan lain. Ia pun menyadari sesuatu di depannya adalah tembok yang sangat panjang. Ketakutannya memuncak ketika Ia menyadari ketiga mahluk itu tinggal beberapa langkah dan tidak ada jalan untuk Toni. “Tolong jangan ganggu Aku!” Seru Toni ketakutan. Tetapi itu tidak menghentikan langkah ketiga mahluk itu. “Aaaaaaaaaaaaaaaaa………!!!!!!!”.


            “Aaaaaaaaaaaaaaaa…………!!!!!!!”. “Hus! Toni? Kamu masih di rumah to? Udah siang gini kok malah masih di dalam kamar sih?”. “Hah Ibu? Kok ada Ibu? Aku di mana ini Bu? Aku selamat?” Toni masi belum sadar penuh. “Kamu tu ya di rumah to.” Balas Ibu. “Hah iya!?”. “Kamu ketiduran pas ngerjain tugas cerpen buat besokan? Sebelum Ibu berangkat tadi malam, Ibu lihat kamu tu stres banget ama tugasmu itu, makanya klo punya tugas ya dicicil biar ga bebani kamu.” Jelas Ibu panjang lebar. Toni melihat sekelilingnya, ia terbangung di atas kertas cerpennya denan pulpen di tangannya. Di kertas cerpen itu, Toni melihat judul yang telah ita tuliskan ‘Kerudung Merah’. Ia pun akhirnya sadar sepenuhnya, benar kata Ibunya bahwa semalam Ia stres dengan tugasnya. Tetapi tiba – tiba terlintas dipikirannya, Ia menanyakan ibunya, “Lho ibu sudah disini? Berarti sekarang dah jam 7.30an dong Bu?”. “Emang iya! Ayo sana siap – siap, cepet!”. “Iya bu ini Toni mandi huehehehe” Toni pun bergegas untuk siap – siap berangkat dan Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menyicil tugasnya supaya tidak membuatnya stres.

Pelangi Setelah Hujan

         Dahulu kala, di sebuah kerajaan yang tersembunyi di antara bebukitan, hiduplah seorang putri yang bernama Aga. Aga adalah seorang putri yang sangat cantik, konon, senyumnya seindah sebuah pelangi. Namun sudah sangat lama ia tidak menampakkan senyumnya itu, karena beban yang harus ia tanggung. Di umurnya yang masih muda, ia harus kehilangan kedua orang tuanya karena penyakit yang diderita mereka, Aga juga harus menggantikan kedua orang tuanya memerintah kerajaannya. Aga tidak mempunyai teman, satu-satunya teman Aga adalah Cho, seorang anak pelayan di kerajaannya yang umurnya sebaya dengan Aga. Aga dan Cho sudah berteman  sedari kecil, sejak sebelum kedua orang tua Aga meninggal. Sebenarnya, Aga adalah anak yang ceria, bersemangat, dan suka berteman, namun sejak orang tuanya meninggal dan ia harus memerintah kerajaannya sendiri, ia menjadi orang yang dingin dan cuek, teman temannya pun mulai meninggalkannya.

         Suatu hari, saat Cho sedang mengantarkan minuman untuk Aga, ia tak sengaja mendengar Aga sedang bergumam. “Bagaimana ini, kas kerajaan mulai menipis, kalau seperti ini terus, lama kelamaan kerajaan ini akan runtuh”, gumam Aga sambil menghela napas panjang. “Ayahanda, Ibunda, Aga udah ngga kuat buat nanggung beban ini sendirian, Aga capek, Aga berharap kalian ada disini, nemenin Aga”, gumamnya lagi sambil meneteskan air mata. Cho yang diam diam menaruh perasaan pada Aga merasa iba melihat kondisi Aga, ia ingin sekali membantu Aga. Suatu hari saat sedang merapikan buku di perpustakaan kerajaan, ia menemukan sebuah buku yang misterius. Konon, menurut buku itu,  jika kita dapat menemukan dasar pelangi yang ada di lembah api, kita akan menemukan gentong yang berisi harta yang sangat berharga. Cho berpikir buku ini akan menjadi jalan keluar untuk masalah Aga, jadi ia langsung memberitahu Aga. Setelah mendengar cerita Cho, Aga sangat senang. ”Makasih ya Cho, kamu selalu nemenin aku dari dulu, selalu bantuin aku, aku ngga tau apa jadinya kalau kamu ngga ada”, kata Aga sambil memeluk Cho senang. “Besok aku akan langsung berangkat kesana, apakah kamu mau ikut?”, tanya Aga kepada Cho. “Tentu aku ikut, siapa lagi yang bisa ngelindungin kamu kalau nanti ada apa apa?”, kata Cho. Aga tersipu malu mendengarnya.

         Esoknya, rombongan mereka pergi menuju bukit menuju bukit kabut. ”Kayak apa sih lembah api itu? Kok namanya bikin bulu kudukku merinding ya”, kata Aga. “katanya sih, disana ada api abadi, yang mencegah siapapun buat lewat, tapi itu cuman mitos sih, hahaha” , jawab Cho. Akhirnya, mereka pun sampai ke lembah api, tapi ternyata mitos tentang lembah itu benar, disana ada api abadi yang menghalangi jalan mereka memasuki lembah itu. “Haduh, gmana nih, api itu menghalangi jalan kita, dan ngga ada jalan lain buat masuk ke dalam lembah selain lewat sini”, kata Cho. “Tenang, tuh disitu ada sungai, kita bisa pake air disana buat madamin api itu”, kata Aga tenang. Saat yang lain sedang berusaha memadamkan api, Cho sedang berjalan jalan di sekitar api itu untuk mencari jalan lain. “Mau apa kamu masuk ke lembah itu?”, seru sebuah suara misterius. Cho mencari cari asal suara itu, tapi tidak dapat menemukannya. “Aku ada disini anak muda kurang ajar”, kata suara itu lagi. Ternyata, suara itu adalah suara seorang nenek yang berdiri di depan Cho, ia tidak dapat melihat nenek itu karena nenek itu sangat pendek. “Maafkan saya, saya tidak melihat anda, hehe. Saya ingin mencari harta yang ada di dasar pelangi  di dalam lembah api, untuk menyelamatkan kerajaan teman saya. Oh iya, apakah nenek tau tentang harta itu? Atau bagaimana cara memadamkan api yang menghalangi jalan itu?”, tanya Cho. “Sayang sekali anak muda, sudah lama aku tak melihat ada pelangi disini, lagipula.. api itu tak akan pernah padam, karena itu adalah api abadi”, jawab si nenek. Mendengar itu, Cho langsung jatuh terduduk lemas, mukanya tampak sangat sedih. “Sepenting apakah harta itu untukmu? Bukankah urusan kerajaan bukan urusanmu?”, tanya si nenek. “Nenek memang benar, itu bukanlah urusan saya, tapi putri kerajaan itu adalah teman saya, dia sudah menerima banyak beban sedari dulu, dia selalu bersedih, sampai sampai saya lupa kapan terakhir kali dia tersenyum”, kata cho sedih. “Saya rela melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia nek, saya ingin membantu bebannya, walaupun saya harus mati”. Mendengar perkataan Cho, si nenek merasa iba. “Sebenarnya anak muda, ada 1 cara untuk memadamkan api itu dan memunculkan kembali pelangi yang telah lama hilang”, kata si nenek sambil menyerahkan sebuah botol. “Botol ini berisi air yang dapat membuatmu berubah menjadi awan yang dapat membuat hujan untuk memadamkan api itu, tapi sebagai gantinya, kamu tidak dapat kembali menjadi manusia, dan akan menghilang seperti air hujan layaknya, gunakanlah dengan bijak”. Sesudah itu, si nenek menghilang, sementara Cho  memandangi botol pemberian si nenek itu.

         Setelah kembali ke rombongan, Cho melihat Aga sedang duduk sambil melihatkan muka sedih dan putus asanya. “Kamu kenapa Aga?” tanya Cho. “Aku ini payah, aku ngga bisa apa-apa. Kerajaanku sedang dalam kehancuran, tapi aku ngga bisa ngelakuin apa-apa. Padahal kerajaan itu satu-satunya peninggalan ayahanda sama ibunda, tapi aku malah bikin semuanya berantakan”, Aga pun menangis. Melihat Aga menangis, Cho merasa sedih, dia teringat akan botol pemberian si nenek, setelah ia memantapkan tekad untuk meminumnya, dia berkata kepada Aga “Jangan gitu Ga, aku tau kamu selalu berusaha sangat keras buat ngejaga kerajaan peninggalan keluargamu ini, aku sering ngelihat kamu ngga tidur berhari hari gara-gara urusan kerajaan, kamu udah ngelakuin yang terbaik” “Aku bisa bantuin kamu, asal kamu janji 1 hal ke aku”, kata Cho. “Benarkah? Janji apa?”, tanya Aga. “Sebelumnya, aku pengen kamu tau perasaanku Ga, aku sayang kamu, dari dulu sampai sekarang, walaupun kata orang kamu berubah, buatku kamu tetap sama seperti dulu. Aku minta kamu janji, kalau kamu bisa nyelametin kerajaan dengan harta itu, tolong selalu ingat aku, dan kamu harus tersenyum, jangan sedih lagi.”, jawab Cho sambil memegang tangan Aga. “Maaf kalau aku lancang, aku memang cuman seorang anak pelayan, tapi aku bener bener sayang sama kamu. Aku juga ngga tau kenapa aku bisa punya perasaan ini ke kamu”, kata Cho. “Bodoh, memang kenapa kalau kamu cuman seorang anak pelayan. Sebenarnya, aku.. juga suka.. sama kamu. Kamu selalu nemenin aku di saat aku sedih, walaupun aku udah dingin dan cuek, kamu tetep peduli sama aku, aku juga sayang kamu Cho”, kata Aga sambil tersenyum dan memeluk Cho. “Akhirnya kamu tersenyum, aku kangen ngeliat senyumanmu Ga”
         Setelah itu, Cho meminum obat pemberian nenek misterius, tiba-tiba badannya berubah perlahan menjadi kabut, dan awan hujan mulai muncul. “Cho! Kamu kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba berubah menjadi kabut?” tanya Aga panik. “Maaf Aga, cuman ini satu-satunya cara buat memadamkan api itu, untuk menyelamatkan kerajaanmu. Makasih udah jujur soal perasaanmu Ga, aku seneng banget. Ternyata perasaanku ke kamu terbalaskan, tapi maaf.. aku pergi duluan ya Ga, inget janji kamu ya” kata Cho tersenyum sambil mengelus kepala Aga. Rintik hujan pun turun. Api abadi yang tak bisa dipadamkanan dengan cara apapun, menghilang begitu saja, seturut menghilangnya Cho. Air mata mengalir dari pipi Aga, Aga menangis histeris. Tiba- tiba, muncul pelangi, dan dasarnya terlihat di tempat yang sebelumnya tertutup oleh api. Ternyata mitos itu benar, ada banyak sekali harta di dasar pelangi itu. Rombongan itu pun mengangkut harta itu kembali ke kerajaan.

         Harta yang ditemukan itu dapat menyelamatkan kerajaan Aga, warga disana hidup makmur tanpa kekurangan. Aga sekarang mempunyai banyak teman, karena dia sudah tidak dingin dan cuek lagi, dia juga selalu tersenyum. Dia sekarang terkenal sebagai putri pelangi, karena selain harta yang ia temukan di dasar pelangi, menurut warga senyumnya juga seindah pelangi.


         Pada suatu pagi hari, beberapa minggu setelah kejadian itu, turun  hujan deras. Aga yang sedang memandangi hujan dari jendela istana teringat Cho, air mata pun menetes dari dagunya. “Cho bodoh, bagaimana aku bisa tersenyum terus, kalau kamu udah ngga ada? Aku tau aku udah janji buat selalu tersenyum, tapi, tapi.. aku kangen kamu Cho”, gumam Aga sambil menangis. Tiba- tiba dia merasa elusan di kepalanya, sontak dia menengok ke belakang. “Cho?! Bagaimana, bagaimana kamu bisa kembali? Bukankah saat itu kamu berubah menjadi hujan?”  “Aku juga ngga tau Ga, tiba-tiba saat aku sadar, ada nenek misterius yang dulu ngasi aku botol buat berubah jadi hujan itu. Kata dia, dia cuman nguji kesungguhan hatiku buat nolong kamu, dan sekarang bukan waktuku buat mati, jadi yaaah, aku balik lagi kesini, hehe”, jawab Cho sambil tertawa bercanda” “Oh ya, kenapa kamu menangis Ga?”, tanya Cho sambil mengusap air mata Aga. “Bodoh, bodoh, aku kira kamu bakal ninggalin aku selamanya, Cho. Aku ngga bisa hidup tanpamu”, jawab Aga sambil memeluk Cho. “Maaf aku lancang Ga, tapi maukah kamu menikah denganku?”, tanya Cho sambil tergagap. Aga memandangi Cho sebentar, lalu menjawab “Ya”, lalu mencium Cho. Mereka pun hidup bahagia bersama selamanya.

Rabu, 22 Oktober 2014

Kisah Rini dan Rana, si Anak Kembar

        Pada suatu hari, hiduplah 2 orang gadis bernama Rini dan Rana. Mereka adalah dua saudara yang kembar dan sangat identik. Karena kemiripan diantara mereka berdua, maka tidak seorangpun dapat membedakan antara Rini dan Rana, bahkan orang tuanya sekalipun tidak dapat membedakan mereka berdua (saking miripnya). Maka dari itu, mereka sering mengikat rambut mereka dengan gaya yang berbeda sehingga orang lain dapat membedakan siapa Rini dan siapa Rana.

        Rini adalah seseorang yang sangat rajin, terampil, penurut, dan selalu mau membantu orang lain. Disisi lain, Rana merupakan seorang perempuan malas, nakal, dan suka seenaknya. meskipun sifat mereka berdua bertolak belakang, namun Rini dan Rana tetaplah saudara yang sangat dekat. Karena kedekatan itu, maka Rini akan selalu bersedia membantu Rana dalam menghadapi kesulitannya dan Rana akan membantu Rini dalam kesulitannya.

        Rini adalah anak yang baik, namun tidak pandai bicara dengan teman-teman sekolahnya. Maka dari itu Rana sering menggantikan Rini ke sekolahan untuk mencarikan teman untuk Rini. Disisi lain, Rana selalu mendapatkan nilai jelek di sekolahnya sehingga Rini menggantikan Rana untuk mengerjakan ulangan hariannya. Jadi mereka berdua melakukan simbiosis mutualisme sehingga mereka sama-sama senang.

        Suatu hari Ibu mereka, bu Lina,  menyuruh Rana untuk belanja di supermarket untuk membeli persiapan pesta yang akan diadakan malam itu. Tetapi saat itu Rana sedang sibuk memainkan HPnya sehingga Rana tidak terlalu mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya dan menganggukan kepala. Tak lama setelah itu, teman-teman Rana datang ke rumahnya, mengajak Rana untuk ikut nonton di bioskop dan jalan-jalan di mall. "eh Ran, jalan-jalan yuk! lagi ada film bagus nih! film The Maze Runner nih!". "Iya-iya tungguin aku bentar ya!" Rana tanpa pikir panjangpun langsung melompat dari kasurnya dan pergi keluar bersama teman-temannya.

        Lalu, siapa yang akan membelikan persiapan pesta malam itu? Saat Rana sedang berjalan-jalan di mall, ia baru ingat kalau tadi ibunya menyuruhnya untuk membeli persiapan pesta malam itu. Ibu Lina adalah seorang yang sangat galak. Dulu, ia pernah memukul Rana karena pulang saat tengah malam. Karena takut dimaharhi lagi, maka Rana pun mencari solusi. Akhirnya, ia menelpon Rini dan memintanya untuk membelanjakan bahan untuk pesta malam itu di supermarket terdekat. "Eh Rin, aku lupa nih.. dititipin mama buat beli barang-barang persiapan pesta ntar malem.. Tolongin aku dong beliin barangnya di Supermarket-x". "Ok", jawab Rini halus. Maka Rini pun mulai berangkat ke supermarket tersebut.

        Tapi sayang, ditengah perjalanan Rini ke supermarket, Rini tertabrak oleh seorang pengendara mobil sehingga terluka parah dan harus diobname di rumah sakit. Rana sangat sedih mendengar kabar buruk itu. Ia tahu bahwa semua tidak akan terjadi jika ia tidak nakal dan membeli apa yang disuruh ibunya. Tapi semua sudah terjadi, tidak ada yang bisa mengubah kenyataan bahwa Rini sekarang dalam kondisi koma dirumah sakit. Maka Rana pun hanya bisa berdoa supaya Tuhan menyelamatkan saudaranya itu dan dari pengalaman ini, "ya Tuhan, tolong selamatkan saudara kembarku.. Aku tahu aku salah, tapi jangan ambil saudaraku dariku. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi dan janji supaya menjadi anak yang baik, menuruti orang tua. Tapi tolong jangan ambil dia dariku". Maka Rana pun bertobat menjadi anak yang baik dan rajin seperti Rini, saudaranya tercinta agar tidak terjadi kejadian yang tidak diharapkan lagi.